Menurut penuturan
sesepuh adat Ile Boleng yang ada di desa Boleng (Lamanele Atawatan), Lamanele, Lamanele
Bawah (Nobo) dan Lama Bajung, bahwa antara Pati Golo dan Ado Pehang merupakan
dua saudara kandung yang datang dengan berlayar dari daerah Rera Gere (timur).
Keduanya mendapat musibah di selat Boleng, mengakibatkan Ado Pehang terdampar
di Lembata, tepatnya wilayah Waibaja Loang. Sementara adenya Pati Golo terbawa
arus dan terdampar di Solor (daerah sekitar Pamangkayo depan Kota Larantuka
sekarang. Dari Solor Pati Golo Melihat cahaya api yang muncul di atas puncak
Ile Mandiri.
Dengan keahlian yang
dimiliki, Pati Golo membuat perahu untuk menyeberang ke Larantuka, dan terus
menyusuri kaki gunung Ile Mandiri menuju sumber api yang dilihatnya. Dan
bertemulah dengan seorang putri Ile Mandiri yang merupakan titisan Rera Wulan
yang kelak menjadi isterinya.Pati Golo memiliki sifat kepemimpin, walaupun dia
adalah adik dari Ado Pehang Beda.Maka Jadilah raja Pati golo yang bergelar
Arakiang merupakan pengakuan dari kerajaan di Sulawesi.Pati golo dan isterinya
putri titisan Rera Wulan Ile Mandiri (Watowele) beranak pinak dan menurunkan
raja-raja lainnya di Lamaholot yang dikenal dengan clan (suku) Demong.
Sebaliknya, Ado
(Pehang) Beda yang terdampar di Waibaja (Loang) mengembara ke pedalaman
Lembata. Dalam pengembaraan, menyusuri sungai Waibaja sampai ke pertengahan
Lembata, beliau tidak menjumpai seorang manusia, di hulu sungai Waibaja, atau
orang pedalaman Lembata (Boto, Atawuwur dan sekitarnya) menyebut Wai Raja, Ado
Pehang Beda menanamkan sebatang pohon cendana, sebagai batas perjalanannya
(katanya hingga kini masih ada).
Selanjutnya Ado Pehang
beda kembali lagi ke Waibaja. Dan di sinilah dia melihat adanya cahaya api di
puncak Ile Boleng. Dengan kemampuan yang dimiliki, Ado Pehang (Beda) membuat
perahu dan menyeberang ke Adonara.Dalam penyeberangan Ado Pehang mendarat di
sebuah selat kecil yang dikenal sampai sekarang dengan sebutan Wai Tolang, di
bawah desa Tanah Boleng sekarang. Daerah yang penuh batu tidak menghalanginya
untuk menemukan sumber cahaya api yang ada di atas gunung. Akhirnya dia
menjumpai suatu tempat yang sangat bersih di bawah sebatang pohon yang sangat
rindang.
Singkat cerita,
ditempat inilah Ado Pehang bertemu dengan Sedo Boleng yang merupakan putri
titisan Rera Wulan Ile Boleng. Atas ijin dan restu Rewa Wulan, Tanah Ekan
keduanya menjadi suami istri, yang kelak disebut klake (blake) Ado Pehang Beda
dan Kwae sedo Boleng). Keduanya juga beranak pinak hingga menurunkan clan (suku
Paji).
Turunan klake Ado
Pehang dan Kwae Sedo Boleng merupakan turunan Rae Kbelan (Anak Wruin) maka
dalam perkembangannya mereka tidak mau dikuasai oleh turunan raja Pati Golo
yang dianggap Rae Rabe Arik.Kelangsungan beranak pinak Klake Ado Pehang dan
Kwae Sedo Boleng agaklah unik.Mereka memiliki keberanian yang mumpuni tetapi
tidak mempunyai jiwa kepemimpin pemersatu, namun tetap hidup dalam keakraban
yang kental.Anak pinak Pehang Beda akhir hidup dengan bekerja sebagai petani
dan mengolah tanah hingga Wai Tolang tempat pendaratan Ado Pehang pertama kali.
Dari sini sebagian
dari mereka menetap di pesisir atau lebih dekat dengan laut yang dikenal dengan
istilah ata watan dan yang tetap dipedalamanan disebut Ata Kiwang (bukan Islam
dan katolik).Perkembangan pelayaran semakin ramai, membuat manusia Ata Watan
sering berhubungan dengan pendatang dari sina Jawa, Ternate Tidore dan
Sulawesi. Karena cara hidup yang berbeda membuat Ata Watan pindah lagi ke
pedalaman, kelompok ini akhirnya menyebar membentuk Lewo Tanah Boleng,
Lamawolo, Lamahelang, Lewo Keleng, dan yang masih di puncak Ile Boleng turun
dan menetap di Haru Bala, Nobo, dan agak kevutara menetap di Lama Bajung.
Manusia Ata Watan yang
bisa berbaur dengan pendatang akhirnya pindah ke Boleng yang dianggap tempat
yang cukup strategis untuk berlabuh perahu, juga berlindung.Penyebaran anak
pinak Ado Pehang tidak sedikitpun mencerai pisahkan tali persaudaraan mereka
hingga kini, karena setiap pesta budaya adat mereka selalu bersatu hingga kini.
Semakin ramainya
hubungan dengan dunia luar terutama dari Ternate, Tidore dari timur serta sina
Jawa dan Sulawesi dari barat dan utara membuat mereka mulai mengenal cara
memimpin dan membentuk raja-raja kecil. Misalnya ada yang menjadi Raja Lama
Hala, Raja Lama Kera, dan raja Terong (kerabat) sedangkan Raja Menaga, Lohayong
merupakan turunan dari Pati Golo.
Sementara Turunan Ado
Pati yang ada di Lamanele (Lamanele, Nobo dan Boleng (tetap dianggap Ata
Kiwang) karena masih tetap berhungan erat dengan orang pedalaman tetap hidup
damai dalam kesatuan adat dan budaya tradisional (perubahan dari adat budaya
primitif) tetap menjadi ata kebelan dan tidak menjadi wilayah kekuasaan Raja
Lamahala, Lamakera, Witihama dan raja-raja lainnya. Manusia Lamanela atau yang
disebut manusia Ile Ae (depan gunung) tetap dianggap ata kebelan oleh raja-raja
sekitarnya, baik raja-raja yang dikenal dengan sebutan Solor Watan Lema, maupun
Raja Witi Hama, Adonara dan Sagu.
Kebesaran Ata Kebelan
Lama Nele disebut Ata Kiwang termasuk Boleng bisa dibuktikan dengan perasasti
sejarah hingga saat ini, seperti:
1.
Mendamaikan/menghentikan perang antara Raja Lama Hala dan Raja Lama Kera.
Peperangan ini tidak bisa didamaikan oleh raja raja dari turunan anak pinak
Pati Golo, karena mereka merasa yang berperang adalah Ata Kebelan.dan mereka
menyerahkan sepenuhnya kepada Kebelan Lamanele.Bukti sejarah hingga kini bisa
disaksikan dengan dua buah benteng dari batu yang berdiri kokoh mengelilingi
desa boleng yang dibangun oleh raja lamakera dan yang mengelilingi desa
Lamanele Reren (sekarang Nobo) yang dibangun oleh Raja Lamahala.
2. Bukti prasasti
lainnya adalah benda berbentuk naga yang terbuat dari emas tanah serta benda2
kuno lainnya yang masih tersimpan rapi di rumah adat Lamanele Reren (Nobo)
merupakan hadiah dari para pendatang buat pembesar Lamanele walaupun bukan
raja.
3. Atas persetujuan
sesepuh adat Lamanele Reren dan Lamanele Blolon, sesepuh Boleng bisa
menghentikan perang antara Paji dan Demong, sehingga terciptalah nama Adonara
oleh anak pinak Pati Golo, bahwa pulau yang ada di depan Larantuka adalah milik
Ado yang merupakan saudara dari Pati Golo. Ado adalah Ado Pehang sementara Nara
adalah saudara.
4. Kehebatan manusia
Lamanele tidak hanya di Adonara, tetapi sampai ke Lembata dan mampu meredam
terjadinya peperangan di Lembata, sebagai hadianya, tanah di pesisir Wai Jarang
hingga Wai Baja diserahkan kepada orang-orang Lamanela Ata Kiwan maupun Ata
Watan. Kepemilikan tanah di Wai Jaran, Wewan Belan, Kwaka, Wai Baja di
kabupaten Lembata hingga kini menjadi milik anak pinak Ado Pehang yaitu (orang
Boleng di Wai Jarang, Wewan Belan, Wai Baja) sementara orang Lamanele Reren
(Nobo) menguasai tanah di Kwaka.
Itulah sekelumit kisah
orang yang saya dengar dari orang tuaku almarhum Bonto Ata Boleng, dan bapa
Belan Gaen Roma Boli, yang merupakan anak cucu dari seorang tua yang beranak
Asan Boleng yang merupakan teman akbar Raja Molo Gong.
PEMERINTAHAN
Adonara sendiri
sebenarnya adalah sebuah pulau yang terletak di kepulauan Nusa Tenggara. Yakni
disebelah timur pulau flores. Luas wilayahnya 509 km2 dan titik
tertingginya 1.676 m. pulau ini dibatasi oleh laut flores disebelah utara,
selat solor diselatan (memisahkan dengan pulau solor) serta selat Lowotobi di
barat (memisahkan dengan pulau flores).
Secara administrative,
pulau Adonara termasuk wilayah kabupaten flores timur, provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Adonara merupakan satu diantara dua pulau utama pada
kepulauan di wilayah Kabupaten flores timur. Awalnya terdiri dari 2 kecamatan
yang kemudian dikembangkan menjadi 7 kecamatan. Adonara dahulu merupakan
sebuah kerajaan yang didirikan pada tahun 1660 sampai saat sekarang Adonara
terus berbenah baik dalam infrastruktur dan prasarana yang ada didaerahnya.
PARIWISATA
Pesona wisata budaya menjadi andalan
dari pulau yang satu ini karena sampai dengan saat sekarang dimana refolusi
teknologi tengah melanda dunia.Adonara masih berpegang teguh pada norma-norma
dan adat istiadat.Sehingga tidak mengherankan kalau Adonara menjadi daerah
tujuan wisata dari wisatawan mancanegara dan domestik.Tempat wisata yang sering
dijadikan sebagai referensi bagi pelancong adalah desa-desa yang mempunyai
basis budaya seperti rumah-rumah adat.Upacara adat seperti upacara pemanngilan
hujan pada masa menjelang musim tanam upacara PA’O NUBA NARA, dan
masih banyak yang lainnya.Selain wisata budaya Adonara mempunyai tempat-tempat
wisata seperti danau KOTA KAYA dan wisata pantai. Suatu pesona wisata yang
masih sangat perawan dengan memiliki pantai yang sangat eksotis, hamaparan
pasir putih sepanjang mata memandang dengan deburan ombak yang memicu adrenalin
bagi mereka yang senang surfing. Untuk akses ke Adonara sendiri, anda cukup
menyeberang kurang lebih 30 menit dengan menggunakan kapal motor laut dari
ibukota kabupaten flores timur, larantuka.
1 komentar:
Menurut catatan sejarah, Patigolo berasal dari kerajaan Wewiku-Wehale di pantai selatan Timor (Sekarang masuk Kabupaten Malaka). Kemungkinan Patigolo ini gelar bukan nama. Kerajaan Wehale-Wewiku ini berdiri pada awal abad XVI, yang mana para pemimpinnya adalah kaum 'sina mutin malaka', yaitu para bangsawan malaka yang terusir akibat kemenangan Portugis di Malaka pada 1511. Selain Patigolo yang menuju ke Timur Flores, ada sejumlah bangsawan lain dari Wehale-Wewiku yang kemudian menjadi raja di sejumlah kerajaan di pulau Timor, dari Belu hingga ke Kupang. Kerajaan Wehale-Wewiku ini bertahan hingga lebih dari seratus tahun hingga dikalahkan oleh portugis pada tahun 1642. Kesimpulannya, raja2 di Larantuka adalah keturunan para pendatang yg lebih kemudian sementara penghuni yang lebih awal adalah Watowele yang merupakan orang yang lebih dahulu menghuni. Di pulau timor, yang lebih dulu menghuni disebut suku Melus, yang kemudian saling kawin mawin dengan pendatang dari timur/Seram maupun dari Barat/Malaka.
Posting Komentar